Install Fedora 11 dengan RAID
Pada saat kita membangun sebuah system dengan linux, secara fisik biasa system kita dibatasi dengan ukuran hardisk, baik itu karena ketiadaan barang yang sesuai dengan kebutuhan ataupun karena masalah budget yang kurang. Apabila dikemudian hari kita ingin memperbesar atau memperkecil system secara keseluruhan maka bisa jadi kita harus install ulang dari awal. Mengubah partisi pada saat system sudah berjalan bukanlah masalah yang sepele. Kalau salah prosedur bisa bisa system crash dan hilanglah semua data kita. Masalah yang lain adalah bisa saja system yang kita bangun tiba-tiba crash karena hardisk yang ngadat, sehingga dengan mengandalkan 1 buah hardisk saja cukup rawan untuk system yang harus siap setiap saat.
Sebenarnya sudah ada fasilitas di system linux untuk mengatasi masalah ini yaitu dengan RAID. Ada beberapa struktur RAID atau biasa disebut level yang bisa kita atur baik secara sendiri-sendiri atau digunakan secara bersamaan.
Berikut ini petikan dari http://id.wikipedia.org/wiki/RAID
RAID, singkatan dari Redundant Array of Independent Disks merujuk kepada sebuah teknologi di dalam penyimpanan data komputer yang digunakan untuk mengimplementasikan fitur toleransi kesalahan pada media penyimpanan komputer (utamanya adalah hard disk) dengan menggunakan cara redundansi (penumpukan) data, baik itu dengan menggunakan perangkat lunak, maupun unit perangkat keras RAID terpisah. Kata “RAID” juga memiliki beberapa singkatan Redundant Array of Inexpensive Disks, Redundant Array of Independent Drives, dan juga Redundant Array of Inexpensive Drives. Teknologi ini membagi atau mereplikasi data ke dalam beberapa hard disk terpisah. RAID didesain untuk meningkatkan keandalan data dan/atau meningkatkan kinerja I/O dari hard disk.
Sejak pertama kali diperkenalkan, RAID dibagi ke dalam beberapa skema, yang disebut dengan “RAID Level“. Pada awalnya, ada lima buah RAID level yang pertama kali dikonsepkan, tetapi seiring dengan waktu, level-level tersebut berevolusi, yakni dengan menggabungkan beberapa level yang berbeda dan juga mengimplementasikan beberapa level proprietary yang tidak menjadi standar RAID.
RAID menggabungkan beberapa hard disk fisik ke dalam sebuah unit logis penyimpanan, dengan menggunakan perangkat lunak atau perangkat keras khusus. Solusi perangkat keras umumnya didesain untuk mendukung penggunaan beberapa hard disk secara sekaligus, dan sistem operasi tidak perlu mengetahui bagaimana cara kerja skema RAID tersebut. Sementara itu, solusi perangkat lunak umumnya diimplementasikan di dalam level sistem operasi, dan tentu saja menjadikan beberapa hard disk menjadi sebuah kesatuan logis yang digunakan untuk melakukan penyimpanan.
Konsep
Ada beberapa konsep kunci di dalam RAID: mirroring (penyalinan data ke lebih dari satu buah hard disk), striping (pemecahan data ke beberapa hard disk) dan juga koreksi kesalahan, di mana redundansi data disimpan untuk mengizinkan kesalahan dan masalah untuk dapat dideteksi dan mungkin dikoreksi (lebih umum disebut sebagai teknik fault tolerance/toleransi kesalahan).
Level-level RAID yang berbeda tersebut menggunakan salah satu atau beberapa teknik yang disebutkan di atas, tergantung dari kebutuhan sistem. Tujuan utama penggunaan RAID adalah untuk meningkatkan keandalan/reliabilitas yang sangat penting untuk melindungi informasi yang sangat kritis untuk beberapa lahan bisnis, seperti halnya basis data, atau bahkan meningkatkan kinerja, yang sangat penting untuk beberapa pekerjaan, seperti halnya untuk menyajikan video on demand ke banyak penonton secara sekaligus.
Konfigurasi RAID yang berbeda-beda akan memiliki pengaruh yang berbeda pula pada keandalan dan juga kinerja. Masalah yang mungkin terjadi saat menggunakan banyak disk adalah salah satunya akan mengalami kesalahan, tapi dengan menggunakan teknik pengecekan kesalahan, sistem komputer secara keseluruhan dibuat lebih andal dengan melakukan reparasi terhadap kesalahan tersebut dan akhirnya “selamat” dari kerusakan yang fatal.
Teknik mirroring dapat meningkatkan proses pembacaan data mengingat sebuah sistem yang menggunakannya mampu membaca data dari dua disk atau lebih, tapi saat untuk menulis kinerjanya akan lebih buruk, karena memang data yang sama akan dituliskan pada beberapa hard disk yang tergabung ke dalam larik tersebut. Teknik striping, bisa meningkatkan performa, yang mengizinkan sekumpulan data dibaca dari beberapa hard disk secara sekaligus pada satu waktu, akan tetapi bila satu hard disk mengalami kegagalan, maka keseluruhan hard disk akan mengalami inkonsistensi. Teknik pengecekan kesalahan juga pada umumnya akan menurunkan kinerja sistem, karena data harus dibaca dari beberapa tempat dan juga harus dibandingkan dengan checksum yang ada. Maka, desain sistem RAID harus mempertimbangkan kebutuhan sistem secara keseluruhan, sehingga perencanaan dan pengetahuan yang baik dari seorang administrator jaringan sangatlah dibutuhkan. Larik-larik RAID modern umumnya menyediakan fasilitas bagi para penggunanya untuk memilih konfigurasi yang diinginkan dan tentunya sesuai dengan kebutuhan.
Beberapa sistem RAID dapat didesain untuk terus berjalan, meskipun terjadi kegagalan. Beberapa hard disk yang mengalami kegagalan tersebut dapat diganti saat sistem menyala (hot-swap) dan data dapat diperbaiki secara otomatis. Sistem lainnya mungkin mengharuskan shutdown ketika data sedang diperbaiki. Karenanya, RAID sering digunakan dalam sistem-sistem yang harus selalu on-line, yang selalu tersedia (highly available), dengan waktu down-time yang, sebisa mungkin, hanya beberapa saat saja.
Pada umumnya, RAID diimplementasikan di dalam komputer server, tapi bisa juga digunakan di dalam workstation. Penggunaan di dalam workstation umumnya digunakan dalam komputer yang digunakan untuk melakukan beberapa pekerjaan seperti melakukan penyuntingan video/audio.
Berikut ini saya akan membagikan sedikit pengalaman saat membangun system Fedora 11 dengan fasilitas RAID1. Tujuan dari system ini adalah mirrorring. Konfigurasi RAID1 kegunaannya adalah menggabungkan 2 atau lebih hardisk yang berukuran sama untuk menjadi mirror. Jadi bila salah satu hardisk rusak maka system tetap berjalan dengan baik menggunakan hardisk yang lain. Keuntungan system ini adalah menyediakan reliablitas dan keamanan data yang tinggi. Tetapi kerugiannya cost yang lebih mahal karena dengan 2 hardisk ukuran 250Gb maka kita tetap hanya mendapatkan space storage 250Gb.
Goal :
- Hardisk 2 buah 80 Gb (/dev/sda dan /dev/sdb)
- Partisi Swap 1 Gb
- Partisi /boot 1 Gb
- Partisi / 40 Gb
- Partisi /opt Sisanya
Installlasi
- Boot dengan menggunakan CD/DVD
- Pilih menu Install/Upgrade
- Ikuti wizard untuk memasukkan hostname, timezone, date dll
- Saat keluar pilihan untuk membuat partisi pilihlah customize
- Buatlah partisi dengan skema sbb :
Device Size Type Mount Partisi
/dev/sda1 1Gb Swap
/dev/sda2 1Gb RAID /boot ext3
/dev/sda3 87Gb RAID LVM - Kemudian kita membuat logical volume dengan skema sbb
Mount Size Partisi
/ 40Gb ext4
/opt 47Gb ext4 - Write Changes
- Lanjutkan installasi sampai selesai
Point pentingnya disini adalah, bahawa partisi /boot tidak boleh di masukkan ke dalam LVM karena saat booting pertama kali partisi jenis LVM belum bisa dikenali.
LVM (Logical Volume Manager). Kegunaannya untuk membuat partisi logical diatas partisi fisik. Keuntungan penggunaan LVM adalah, mudah untuk resize, split, add, delete, menggabungkan partisi dll. Untuk lebih jelas bisa dibaca disini LVM.
Selanjutnya setelah system berjalan, maka kita perlu mengubah grub supaya bisa boot dari hardisk 1 dan 2.
Langkah pengubahan :
- edit /etc/grub/menu.lst
- Copy konfigurasi untuk hardisk 1 persis dibawahnya dan ubah menjadi hardisk 2
- Tambahkan baris fallback=0 setelah default=……
- save exit
- jalankan perintah grub
- setup (hd0,1)
- install (hd0)
- setup (hd1,1)
- install (hd1)
- exit
System sudah ready dengan 2 hardisk mirror, jika salah satu failed maka yang lain akan langsung menggantikan.